Cerita Rakyat Riau - Asal Mula Pulau Sangkar Ayam
Alkisah, ada dua orang pendekar yang tinggal di
wilayah Indragiri Hilir. Mereka bernama Katung dan Tuk Solop. Katung adalah
seorang pendekar sakti mandraguna, tetapi memiliki sifat sombong. Hidupnya
sangat mewah dan berkecukupan berkat usahanya menyabung ayam serta iuran dari
murid-murid yang belajar bela diri padanya. Katung memiliki seorang adik angkat
yang cantik jelita, bernama Suri. Dia anak dari lawan mainnya dalam menyabung
ayam yang kalah dan terpaksa menitipkan anaknya pada Katung karena telah mempertaruhkan
dirinya sendiri. Ayah Suri kemudian diasingkan ke tengah hutan.
Sementara pendekar yang satunya lagi, Tuk Solop,
memiliki sifat yang bertolak belakang dengan Kutang. Dia seorang pendekar yang
ramah dan tidak sombong sehingga disukai banyak orang. Tuk Solop pernah membuka
sebuah perguruan beladiri di rumahnya di pinggir Pantai Solop. Namun karena
semakin sedikit orang yang datang berguru dan sebagian muridnya bahkan ada yang
beralih berguru ke Katung, dia pun memutuskan pergi mencari tempat yang baru.
Dia merasa kalah bersaing dengan Katung dalam hal mencari murid.
Beberapa bulan setelah Tuk Solop pergi, datanglah
seorang pengembara bernama Bujang Kelana ke rumah Tuk Solop. Tujuannya adalah
hendak berguru pada pendekar itu. Namun, karena Tuk Solop sudah tidak bermukim
lagi di situ, maka yang didapatinya hanyalah sebuah padepokan kosong dan
terlantar. Kecewa dan sekaligus lelah karena usahanya sia-sia, Bujang Kelana
hanya duduk termenung di teras rumah Tuk Solop sambil memikirkan rencana apa
yang akan dibuat selanjutnya.
Tidak berapa lama dia beristirahat di teras rumah Tuk
Solop, melintasah Suri hendak kembali ke rumahnya. Mereka pun lalu berkenalan
dan berbincang-bincang seputar maksud dan tujuan Bujang Kelana serta keadaan
padepokan milik Tuk Solop. Setelah mendapat penjelasan dari Bujang Kelana,
tanpa basa-basi Suri menceritakan bahwa Tuk Solop telah pergi meninggalkan
padepokan semenjak murid-muridnya beralih guru ke Pendekar Katung.
Penasaran akan penuturan Suri, Bujang Kelana lalu
mendesaknya agar meceritakan siapakah gerangan Pendekar Katung. Suri tidak
langsung menjawab, dan hanya terdiam sesaat sambil memandang ke sekeliling
seolah-olah takut bila ada orang yang sedang mengawasinya. Kemudian dia
berbisik lirih bahwa bila ingin mengetahui siapa Pendekar Katung, Bujang Kelana
harus menemuinya lagi di tempat ini esok hari. Setelah itu, dia bergegas pergi
meninggalkan Bujak Kelana.
Setelah Suri berlalu, muncullah seorang kakek buta
yang dari tadi bersembunyi di balik semak belukar. Sang kakek datang
menghampiri Bujang Kelana dan memperkenalkan diri sebagai Datuk Buta. Dan, sama
seperti Suri, sambil memandang sekeliling dia berbisik pada Bujang Kelana bahwa
Katung merupakan pendekar beraliran hitam. Namun, sebelum Datuk Buta lebih jauh
menceritakan jatidiri Pendekar Katung, tiba-tiba dirinya mendengar suara yang
mencurigakan. Datuk Buta pun segera pamit dan berlalu menuju semak belukar
lagi.
Beberapa jam setelah Datuk Buta pergi, Suri datang
lagi dengan berlari tergopoh-gopoh menemui Bujang Kelana. Dalam keadaan panik
dia meminta Bujang Kelana membawanya pergi ke suatu tempat tersembunyi. Dia
akan menjelaskan alasannya bila mereka telah berada di tempat aman. Mendengar
permintaan itu, Bujang Kelana yang memang tertarik akan kemolekan Suri, tanpa
membantah langsung membawanya ke tengah hutan.
Sesampainya di tengah hutan, mereka menuju ke sebuah
goa untuk berteduh karena hari menjelang senja. Ketika mereka telah berada di
dalam goa Suri lalu menjelaskan bahwa dirinya akan dikawin oleh Pendekar
Katung. Selama ini dia telah dirawat dan dianggap adik oleh Pendekar Katung karena
ayahnya telah di buang di hutan sebab kalah dalam pertaruhan sabung ayam. Oleh
karena dia berparas cantik, lama-kelamaan Pendekar Katung tertarik dan akhirnya
hendak mengawininya.
Usai bercerita panjang lebar, dari mulut goa datanglah
Datuk Buta. Sambil berjalan perlahan dia menghampiri Bujang Kelana dan Suri. Di
hadapan mereka Datuk Buta menyatakan bahwa orang yang dibuang karena kalah
bersabung ayam adalah dirinya. Dia tidak dapat kembali lagi ke Pantai Solop
untuk menemui Suri karena telah menyerahkan "nyawanya" ketika
dikalahkan oleh Katung dalam arena sabung ayam. Selama di hutan dia bertemu
dengan Tuk Solop dan diajari cara mengalahkan Katung. Namun sebagai syaratnya,
dia harus menjadi buta agar dapat mengetahui kelemahan Katung.
Mendengar penuturan itu, dengan berlinang air mata
Suri bersujud di kaki Datuk Buta. Setelah keduanya melepas rindu, bersama
Bujang Kelana mereka menyusun rencana menyingkirkan Pendekar Katung. Adapun
caranya adalah dengan menantangnya mengadu ayam. Tetapi sebelum pertarungan
dilaksanakan, malam harinya Bujang Kelana pergi ke kandang milik Katung untuk
menukar ayam jagonya dengan ayam milik Datu Buta yang bentuk dan ukurannya sama
persis. Walhasil, dalam pertarungan ayam Pendekar Katung yang telah ditukar
kalah dan akhirnya mati melawan ayam milik Bujang Kelana.
Tidak terima ayam jagonya dikalahkan hanya dalam
sekali serangan, Pendekar Katung segera memerintahkan para pengawalnya
menangkap Bujang Kelana. Pada saat Bujang Kelana ditangkap dan dipukuli oleh
para pengawal, Pendekar Katung yang sedang mengawasinya langsung disergap dari
arah belakang oleh Datuk Buta. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Bujang
Kelana. Dengan gesit dia berkelit dari para pengawal dan menyerang Pendekar
Katung hingga tewas terkapar.
Sayangnya, kematian Katung tidak sempat menghentikan
seluruh aksi dari para pengawalnya. Sebagian dari mereka berhasil menangkap dan
melukai Suri hingga kondisinya parah dan akhirnya meninggal dunia. Kejadian ini
membuat Bujang Kelana sangat kecewa. Sang Bujang yang sejak awal sebenarnya
telah menaruh hati pada kecantikan dan kemolekan tubuh Suri terpaksa harus
merelakannya pergi tanpa kembali lagi.
Singkat cerita, setelah kematian Suri, Bujang Kelana
pun pamit pada Datuk Buta. Namun sebelum pergi, entah mengapa, dia meminta
sebuah sangkar ayam milik Datu Buta untuk dilemparkan sesampainya di tengah
laut. Dan konon, beberapa tahun setelah kepergian Bujang Kelana, sangkar ayam
yang dilemparkan ke laut tadi muncul ke permukaan dan lambat laut menjadi
sebuah pulau. Pulau itu oleh masyarakat setempat kemudian disebut sebagai Pulau
Sangkar Ayam.
Sumber : uun-halimah
0 komentar:
Posting Komentar